Siang tadi aku kembali harus menelan lagi kebimbangan. Padahal, jujur saja, kebimbangan yang kemarin masih belum berhasil kujawab.
Tadinya, kupikir, aku akan dapat berbicara dari hati ke hati dengan Diajeng. Tetapi ternyata … Hhhh. Cuma perdebatan konyol saja adanya. Hampir 16 menit pulsaku mengalir sia-sia. Diajeng hanya berkata "tak tahu, tak tahu, dan mungkin".
Selalu begitu berulang-ulang. Aku jengkel, tentu saja! Apalagi waktu diajeng bilang – dengan nada suara pahit -, "Kangmas sebenarnya punya maksud apa sih padaku?"
Huk! Asal tahu saja. Kalimat tolol itu benar-benar telah membuatku terhentak kaget. Sesak dan sakit rasanya. Lebih dari 12 jam aku harus berusaha meredakan amarah yang bergolak di dalam sini. Perih. Pedih.